Friday, December 9, 2016

Memahami sudut pandang ekonomi dalam penilaian suatu pohon


Penilaian sumberdaya hutan merupakan studi tentang metodologi dan konsep penentuan nilai dari sumberdaya hutan. Seperti telah dijelaskan di muka, langkah pertama untuk untuk memperoleh nilai dari sumberdaya hutan adalah dengan melakukan identifikasi terhadap berbagai jenis manfaat yang dihasilkan dari sumberdaya hutan. Keberadaan setiap jenis manfaat ini merupakan indikator adanya nilai yang menjadi sasaran penilaian. Setiap indikator nilai (komponen sumberdaya hutan) ini dapat berupa barang hasil hutan, jasa dari fungsi ekosistem hutan maupun atribut yang melekat pada hutan tersebut dalam hubungannya dengan sosial budaya masyarakat (Nurfatriani 2007).
Nilai (harga) sumberdaya hutan berkaitan dengan fungsinya bagi pemenuhan kebutuhan baik secara langsung (pemenuhan konsumsi dan kesenangan) maupun tidak langsung (sebagai penyeimbang ekosistem demi kelestarian kehidupan). Nilai adalah merupakan persepsi manusia, tentang makna suatu objek (sumberdaya hutan), bagi orang atau individu tertentu, tempat dan waktu tertentu pula. Oleh karena itu nilai sumberdaya hutan yang dinyatakan oleh suatu masyarakat di tempat tertentu akan beragam, tergantung kepada persepsi setiap anggota masyarakat tersebut, demikian juga keragaman nilai akan terjadi antara masyarakat yang berbeda (Field dan Martha 2002).
Sebuah pohon bagi seorang produsen (pemilik kayu) dan konsumen (pembeli kayu), memiliki arti yang berbeda. Bagi seorang produsen pohon tidak hanya sebagai sebuah komoditi yang bisa dijual tetapi juga sebuah modal dalam bentuk persediaan kayu (capital growing stock), sehingga produsen akan menilai pohon tersebut sebagai produk yang dapat dihasilkan/dipanen saat ini dan yang akan datang, sehingga produsen akan menghitung nilai pohon tersebut sebagai nilai pohon yang akan diperoleh ketika masak tebang dikurangi denga biaya pengelolaan hutan yang dihitung saat ini. Sedangkan bagi seorang konsumen, pohon merupakan sebuah bahan mentah untuk kegiatan produksinya. Konsumen menghitung nilai pohon berdasarkan besarnya nilai produk yang dihasilkan oleh satu pohon tersebut dikurangi dengan biaya pemanenan pengolahan dan distibusi pasar.Terdapat dua prosedur yang dapat digunakan dalam penilaian tiap individu pohon yaitu:
1. Pohon secara keseluruhan sebagai unit perhitungan dasar, dimana pohon berdiri diklasifikasikan menurut: bentuk, rata-rata kualitas log, percabangan, dan faktor-faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi nilai. Hasil penilaian berupa nilai per unit pohon menurut: ukuran, jenis pohon, dan kualitas pohon secara keseluruhan.
2. Mengidentifikasi satu per satu log yang dapat diperoleh dalam suatu pohon, dan hasilnya adalah nilai log menurut ukuran dan kualitasnya.
Penilaian pohon dapat diartikan sebagai kegiatan yang menilai satu buah batang pohon yang berdiri dalam suatu tegakan. Pandangan lain dari sebagian orang biasanya menilai sebuah pohon saat pohon tersebut telah ditebang dan berubah kedalam bentuk lain seperti balok kayu, kayu lapis, furniture dan lain-lain sesuai peruntukannya. Pandangan berbeda lainnya juga terjadi pada produsen dan konsumen. Produsen (pemilik kayu) menilai pohon sebagai produk yang dapat dipanen baik saat ini maupun dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu maka produsen akan menghitung nilai pohon tersebut sebagai nilai pohon yang diperoleh saat di panen dengan dikurangi biaya pengelolaannya. Sedangkan bagi konsumen (pembeli kayu) pohon dinilai sebagai bahan baku industri. Menurut konsumen nilai pohon dihitung berdasarkan nilai produk yang dihasilkan dikurangi biaya pemenenan, pengolahan dan distribusi pasarnya.
Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam menilai sebuah pohon yaitu penilaian pohon secara langsung dan penilaian atas dasar kayu bulat (logs). Penilaian pohon secara keseluruhan adalah penilaian pohon atas dasar pohon sebagai unit pohon berdiri yang diklasifikasikan menurut bentuk (seperti angka bentuk), diameter, percabangan dan lain-lain. Penilaiannya lebih bersifat teknis karena nilai pohon yang diperoleh adalah nilai pohon hasil pengukuran dan berdasarkan kepada perhitungan volume, kualitas tumbuh, ukuran dan faktor- faktor yang mempengaruhinya.
Penilaian pohon berdasarkan atas metode kayu bulat adalah menilai pohon berdasarkan nilai setiap sortimen kayu yang dihasilkan. Perhitungan dengan metode ini memiliki ketelitian yang cukup tinggi. Nilai pohon dihitung dari nilai produk yang dihasilkan, sehingga dalam penilaian ini kita akan berhitung kebelakang, dengan memperhatikan setiap step yang dilalui untuk menghasilkan produk dengan ukuran tertentu (dari produk yang dihasilkan sampai kepada nilai pohon berdiri ketika belum ditebang).Secara umum perhitungan yang digunakan dalam metode ini adalah perhitungan menggunakan metode nilai sisa turunan.Contoh kasus yang biasa dihitung adalah nilai pohon untuk produk kayu gergajian. Dalam metode ini terdapat empat tahapan penilaian pohon, yaitu:
Penentuan nilai kayu gergajian

Sejumlah n sortimen degan kualitas tertentu digergaji dan menghasilkan meter kubik kayu gergajian dengan kualitas tertentu. Untuk menghitung nilai ini diperlukan informasi: Harga jual kayu gergajian berdasarkan kualitas/dimensi (Rp/m 3 ) dan distribusi kualitas kayu gergajian (%). Nilai kayu gergajian adalah jumlah dari hasil perkalian antara distribusi kualitas kayu gergajian (%) dengan harga jual kayu gergajian untuk setiap kualitas kayu gergajian.
Penentuan nilai kayu bulat skala pabrik

Nilai ini diperoleh dari nilai kayu gergajian yang dihasilkan dari diameter dan kualitas tertentu (hasil perhitungan tahap pertama) dikurangi dengan biaya penggergajian dan biaya yang dikeluarkan di lumber yard.
Penentuan nilai kayu bulat skala log

Penentuan nilai ini diperoleh dari nilai kayu bulat skala pabrik dikalikan dengan rendemen, sehingga akan diperoleh nilai kayu bulat skala log (m 3 kayu gergajian).
Penentuan nilai pohon

Pada tahapan diatas nilai yang diperoleh masih dalam satuan m 3 kayu gergajian sehingga untuk memperoleh nilai kayu bulat dalam bentuk pohon berdiri perlu dilakukan perhitungan secara convertion return, yaitu nilai kayu bulat skala log kayu gergajian dikurangi dengan biaya pemanenan total dan akan diperoleh nilai log kayu bulat. Selanjutnya nilai pohon berdiri diperoleh dari hasil perkalian anatar convertion return dengan penduga volume kayu gergajian yang dihasilkan.Jadi sesungguhnya harga jual kayu merupakan nilai pohon tidak dalam arti sebenarnya atau merupakan hasil dari pendugaan secara kirologi.
Efisiensi pemanfaatan kayu yang ada dalam hutan dapat tercapai apabila potensi kayu yang ada dimanfaatkan utuk berbagai macam penggunaan kayu terbaik yang memungkinkan, yang pada akhirnya dapat memberikan nilai yang optimal. Selama ini, penentuan royalti oleh pemerintah dilakukan pada saat kayu berada di TPK. Akibatnya, jenis-jenis kayu yang tidak laku dipasaran dan potongan-potongan kayu yang tersisa ditinggal begitu saja di lapangan. Selain menghasilkan limbah, perusahaan juga mengalami kerugian karna potensi hutan tidak termanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2000, Wiene Andriyana melakukan penelitan untuk menduga volume optimal pohon dengan metode inventarisasi kualitas. Dengan mengetahui peruntukan dari masing-masing seksi pada saat pohon berdiri, maka tindakan penilaian pohon pun akan semakin mudah. Untuk kondisi pohon yang baik (batang lurus, banir rendah, serta tidak banyak mata kayu busuk) maka sebaran potensi pohon ialah sebanyak 75,87% dari volume total pohon dapat dimanfaatkan untuk kayu lapis, 23,25% untuk kayu gergajian, dan 0,88% untuk kayu serpihan (chipwood). (Andriyana 2000)
DAFTAR PUSTAKA
Andriyana W. 2000. Penyusunan model penduga volume batang optimal pohon berdiri dengan teknik inventarisasi kualitas ( studi kasus untuk jenis Mangifera foetida di areal kerja hph pt. asialog provinsi jambi. [skripsi]. Bogor  (ID): Institut Pertanian Bogor.
Field BC dan Martha KF. 2002. Environmental Economics. New York (USA): Mc Graww-Hill Companies, Inc.
Nurfatriani F. 2007. Manfaat hidrologis hutan di hulu DAS Citarum sebagai jasa lingkungan bernilai ekonomi.

Tuesday, November 29, 2016

Seminar Hasil Ekspedisi FMSC 2016

Seminar Hasil Ekspedisi FMSC merupakan program kerja terkahir FMSC tahun 2016. Program kerja ini merupakan kegiatan pemaparan hasil ekspedisi FMSC yaitu EHHBK (Eksplorasi Hasil Hutan Bukan Kayu) dan ESM (Ecological Social Mapping) serta press release beberapa program kerja FMSC, diantaranya BHR (Bina Hutan Rakyat) dan Study Banding FMSC – UPM (Universiti Putera Malaysia). Kegiatan seminar ini dilaksanakan pada hari minggu 27 November 2016 bertempat di Auditorium FMIPA (Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam) IPB. Agenda seminar diawali oleh hiburan berupa seni tari . selanjuntya agenda yang dialukan berupa tilawah oleh M. Salas (MNH 51) dan sambutan sambutan diantaranya pembina FMSC 2015/2016 Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M.Sc F.Trop, Ketua FMSC 2015 Priyandi Prawiro (MNH 50) dan ketua pelaksana seminar hasil ekspedisi FMSC 2016 Senza fajri (MNH 50). Setelah itu, agenda langsung dilanjutkan dengan pemaparan hasil ekspedisi ESM (Ecological Social Mapping) dan EHHBK (Eksplorasi Hasil Hutan Bukan Kayu). Pemaparan hasil ini dimoderatori oleh Faris Almay (MNH 49).
Ekspedisi FMSC merupakan kegiatan pengaplikasian keilmuan manajemen hutan di lapangan. Kegiatan ini melibatkan anggota kelompok studi FMSC di pada ekspedisinya. Setiap ekspedisi dalam kegiatanya mengusung tema tersendri. ESM yang dilaksanakan di desa Tamanjaya, Taman Nasional Ujung Kulon mengambil tema Analisis Kehidupan Masyarakat Desa Hutan : Petakan Masyarakat untuk Pengelolaan yang lebih baik. Tema ini diambil sesuai dengan kebutuhan desa yang sudah diketahui oleh tim peneliti melalui survey pendahuluan. ESM melibatkan tiga kelompok studi , diantaranya kelompok studi perencanaan, sosek dan hidrologi. EHHBK (Eksplorasi Hasil Hutan Bukan Kayu) yang dialksanakan di Taman Nasional Alas Purwo mengambil tema Pendugaan Potensi Cabe Jawa (Piper retroviactum Valh). Tema ini diambil lantaran ingin meningkatkan eksistensi cabe jawa dengan nilai potensinya kepada masyarakat. EHHBK melibatkan dua kelompok studi, diantaranya kelompok studi perencanaan dan pemanfaatan. Pemarana hasil kedua ekspedisi pada seminar hasil FMSC 2016 diwakili oleh perwakilan anggota kelompok studi setiap ekspedisinya. Pemaparan hasil ESM diwakili oleh Rio Firmansyah (Sosek), Maria Ulfah (Perencanaan) dan Lintang Chayaningrum (Hidrologi). Sedangkan pemaparan hasil EHHBK hanya diwakili oleh satu presentator yaitu Aspit Ranuwijaya (MNH 50). Setelah pemaparan, kegiatan dilanjutkan dengan pembahasan hasil ekspedisi oleh tim pembahas. Tim pembahas merupakan dosen pembimbing setiap ekspedisinya, dimana ESM dengan tim pembahas  Dr. Ir. Yulius Hero, M.Sc dan EHHBK dengan tim pembahas Dr. Ir. Ahmad Budiaman M.Sc F.Trop. setelah itu ada perwakilan dari pihak TNUK , yaitu bapak FIrmanto yang memberikan penjelasan menegenai keadaan TNUK terhadap kondisi desa Tamanjaya. Selanjutnya kegiatan dilakukan dengan diskusi panel antara peserta seminar dengan pemapar hasil ekspedisi.

Agenda selanjutnya dilakukan berupa hiburan . Hiburan yang dilakukan berupa akustik yang ditampilkan oleh Moch. Alre (MNH 50) dan Fachry Purnama (MNH 50). Selanjutnya diadakan press release dari dua proker unggulan FMSC diantaranya Bina Hutan Rakyat yang dipresentasikan oleh Faiz Septianda (MNH 50) dan Study Banding FMSC-UPM yang di presentasikan oleh Indah Suryani Ginting (MNH 51).

Monday, November 28, 2016

Anugrah Nurman Ibrahim, Mahasiswa Departemen Manajemen Hutan Terpilih sebagai Delegasi IAAS ke Eropa

Aku menjadi bagian dari sesuatu hal kemudian mendapatkan banyak hal dari sesuatu tersebut.”
Nampaknya kalimat tersebut tepat dengan pengalaman yang telah didapatkan di IAAS (International Association of  Students in Agricultural and Related Sciences) oleh seorang mahasiswa di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB angkatan 50. Ia telah bergabung dengan IAAS semenjak tingkat awal perkuliahan di IPB, sebut saja TPB (Tingkat Persiapan Bersama) yang sekarang berubah namanya menjadi PPKU (Program Pendidikan Kompetensi Umum).
IAAS merupakan asosiasi mahasiswa terbesar di dunia dalam bidang pertanian dan ilmu lain yang terkait, didirikan pada tahun 1957. Sejak 58 tahun terakhir ini, IAAS telah berkembang menjadi organisasi besar dengan 30 anggota negara dan lebih dari 10.000 anggota aktif. Adapun IAAS di Indonesia didirikan pada tanggal 29 Desember 1992 dan IAAS di Indonesia pada tahun 2015 yang lalu telah beranggotakan lebih dari 800 anggota aktif yang tersebar menjadi delapan Lokal Komiter di seluruh universitas negeri, seperti IAAS LC UNPAD, IAAS LC UNLAM, IAAS  LC IPB, IAAS LC UGM, IAAS LC UNS, IAAS LC UNDIP, IAAS LC UB, dan IAAS LC UNRAM. Secara umum tujuan IAAS adalah untuk mengajak generasi muda berbagi dan bertukar pikiran tentunya mengenai pertanian dan ilmu terkait.


         
Anugrah Nurman Ibrahim (dikenal akrab dengan panggilan Uga) kelahiran Bogor, tepatnya pada tanggal 14 Desember 1994. Bagian dari pengalamannya didapatkan di IAAS mulai dari awal bangku kuliah hingga saat ini. Salah satu hal yang terpenting dan merupakan pengalaman yang paling berharganya adalah saat ia terpilih sebagai delegasi IAAS tahun 2016. Terpilihnya Anugrah menjadi delegasi tersebut melalui tahapan seleksi yang cukup panjang dalam acara IAAS World Congress, penyeleksian tersebut kurang lebih selama empat sampai enam bulan se-Indonesia. Beberapa persyaratan awal yang telah dipenuhi mengantarkan peserta yang lolos ke tahapan selanjutnya, dari 15 besar yang telah terpilih seleksi selanjutnya adalah tahap wawancara, kemudian yang lolos ada sebanyak 10 besar se-Indonesia. Penyeleksian tak berhenti sampai tahap wawancara saja, selanjutnya ada tahap seleksi dari pihak IAAS World Congress untuk diambil 7 besar peserta yang pada akhirnya dinyatakan lolos sebagai delegasi IAAS dari negara Indonesia, termasuk Anugrah di dalamnya untuk mengikuti IAAS World Congress di Netherland, Italy, Switzerland, dan Belgium.
Keberangkatan para delegasi dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2016 hingga kembali lagi ke tanah air pada tanggal 27 Juli 2016. Kegiatan yang dilaksanakan di beberapa tempat tersebut dimulai dari berbagi pengetahuan serta diskusi mengenai makanan di masa depan, kunjungan-kunjungan seperti ke industri coklat terbesar di Belgium maupun kunjungan ke universitas-universitas di sana, lalu adapula diskusi untuk saling bertukar pengetahuan mengenai budaya di masing-masing negara. Kegiatan utama dari serangkaian kegiatan yang ada tentunya adalah kegiatan dari IAAS sendiri, yakni berupa diskusi mengenai penentuan IAAS setahun ke depan. Tidak hanya mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut saja yang menjadi rutinitas saat di sana tetapi juga Anugrah di dalam IAAS World Congress menjadi salah satu inisiator untuk penyelesaian suatu masalah mengenai pascagempa di Desa Kampani, Nepal. Salah satu bentuk solusinya berupa pemulihan terhadap pertanian di desa tersebut.

Anugrah tentang IAAS?
“Saya ingin lagi ke sana karena banyak sekali pembelajaran yang saya dapatkan, mulai dari perilaku mereka, kedisiplinan, dan tertibnya mereka di dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. IAAS itu amazing sekali di dalam kehidupan kampus saya selama ini. Selain mendapatkan keluarga baru, saya dapat terus mengembangkan potensi yang ada di dalam diri untuk menjadi lebih baik lagi, terutama keberanian di dalam berkomunikasi meski kita berbeda negara maupun daerah. Terlebih lagi, perjuangan IAAS di dalam menyadarkan generasi muda terhadap pentingnya pertanian itu kece banget. Yaa satu semangat buat IAAS ! Think Globally, Act Locally !”, tutur Anugrah.
Tentunya prestasi yang telah diraih oleh Anugrah tidak hanya membanggakan untuk keluarga dan dirinya sendiri tetapi juga telah membuat harum nama Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan, lebih luasnya lagi ia telah membawa nama baik almamater kampus IPB serta Indonesia. Banyak hal di luar sana yang dapat kita perbuat untuk menjadi bagian dari orang-orang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Tetaplah berbuat baik dari hal yang kecil meski tak terlihat dan dilihat orang lain. Salam 165 dari penulis J

-Fima Pahlawati-

Sunday, November 27, 2016

Riung FMSC 2016

RIUNG FMSC? Riung FMSC merupakan acara perkenalan himpro FMSC bagi mahasiswa Departemen Manajemen Hutan angkatan baru. Setiap mahasiswa baru yang masuk Departemen Manajemen Hutan wajib mengikuti acara ini. sebelumnya acara ini dikenal dengan nama Temu Manager, namun dengan mengingat tujuan diadakan acara ini kembali dirasa perlu membuat nama baru maka tercetuslah nama Riung FMSC yang artinya berkumpulnya anggota baru di dalam wadah FMSC. Acara ini didesain sedemikian rupa dengan berbagai rangkaian acaranya untuk memperkenalkan FMSC. Bukan hanya sekedar mengenalkan FMSC ke peserta baru tetapi untuk lebih menanamkan esensi rasa kekompakan, kebersamaan, dan kekeluargaan diantara anggota FMSC sehingga dapat menjadi generasi yang akan membawa FMSC semakin baik kedepannya.
Acara ini ada di bawah program kerja divisi PSDM FMSC 2016. Divisi ini bertugas untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang ada di FMSC baik itu bersifat internalnya maupun mengembangkan softskill dari anggotanya agar profesional dalam menjalankan tugas dan amanah yang dibebankan kepada anggota FMSC. Acara Riung FMSC ini diamanahkan pelaksanaannya kepada angkatan 51 yang diketuai oleh Agellion Pestisall Santoso dengan bimbingan SC dan senior yang dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2016 di Auditorium Sylva Pertamina Fahutan IPB. Rangkaian acaranya terdiri dari pengenalan internal FMSC beserta divisinya oleh ketua FMSC Priyandi Prawiro Wicahyo dan kepala divisi yang ada di FMSC (Divisi Infokom, Divisi Onet, Divisi PSDM, Divisi Foundrising dan Divisi Keprofesian), dilanjutkan dengan pengenalan Kelompok Studi (KS) yang ada di FMSC (KS Perencanaan, KS Pemanfaatan, KS Sosek, dan KS Hidrologi), kemudian sharing FMSC yang di isi oleh alumni FMSC berprestasi dan ketua-ketua FMSC pada kepengurusan sebelumnya, dan terakhir peserta diajak untuk membuat suatu rancangan kegiatan sesuai kelompok studi yang telah ditentukan untuk pengembanagan kegiatan-kegiatan FMSC ke depan. 
Secara umum acara Riung FMSC ini dinilai sukses dengan dibuktikannya antusias dari peserta dalam mengikuti acara ini. Banyak peserta yang mengajukan pertanyaan dari setiap sesi yang disampaikan.  walaupun hanya dilaksanakan dalam satu hari, namun keterwakilan konsepan acara dalam menggambarkan FMSC dapat tersampaikan dengan baik. Dibalik konsepan acara perkenalan himpro ini juga tersirat nilai-nilai dan transfer ilmu kepada peserta baru untuk lebih dapat mengakrabkan diri dengan sesamanya maupun angkatan atas, lebih peduli terhadap sesama, dan dapat lebih meningkatkan rasa kekeluargaan sehingga internal Manajemen Hutan angkatan 52 dapat menjadi generasi yang akan memajukan FMSC.

Press Realease Kegiatan STUBA

Jumat, 21 Oktober 2016 FMSC melakukan studi banding ke salah satu universitas yang ada di Malaysia, tepatnya Universitas Putera Malaysia. Kunjungan dilakukan di Fakulti Perhutanan (re: Fakultas Kehutanan) yang ada di UPM. Studi Banding ini merupakan rangkaian acara dari salah satu program kerja divisi Pengembanagan Sumber Daya Mahasiswa himpunan profesi dari Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Forest Management Students’ Club (FMSC). Studi banding ini diikuti oleh 20 orang mahasiswa aktif Depatmenen Manajemen Hutan (DMNH), serta  mengikutsertakan  juga dosen, pegawai staf tata usaha dari DMNH sendiri. Kegiatan ini diketuai langsung oleh Ketua FMSC periode 2015-2016, yaitu Priyandi Prawiro Wicahyo, mahasiswa Manajemen Hutan angkatan 50.
Kegiatan studi banding FMSC ke UPM diawali dengan keberangkatan peserta mulai dari Kampus IPB menuju bandara Soekarno-Hatta. Perjalanan dilanjutkan dengan penerbangan menuju Kuala Lumpur International Airport (KLIA). Setibanya di Malaysia, peserta studi banding kemudian diarahkan dan dibawa langsung menuju lokasi kegiatan yaitu, Fakulti Perhutanan, Universitas Putera Malayasia, Malaysia. Kegiatan ini berbentuk sebuah diskusi antara peserta studi banding, perwakilan civitas akademik Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan berbagai akademisi dari Fakulti Perhutanan UPM. Diskusi diawali dengan sambutan oleh pihak akademisi Fakulti Perhutanan UPM yang kemudian diisi dengan presentasi dari pihak UPM. Presentasi dilakukan oleh pihak dosen dan perwakilan mahasiswa Fakulti Perhutanan UPM. Pertukaran informasi yang dilakukan dalam bentuk tanya jawab dari mahasiswa, dosen dan staf tata usaha. Pihak dosen menjelaskan mengenai profil kampus UPM, profil Fakulti Perhutanan UPM, proses administrasi dan peraturan yang berlaku, serta struktur jabatan Fakulti Perhutanan UPM. Pihak perwakilan mahasiswa Fakulti Perhutanan UPM membahas mengenai kegiatan kemahasiswaan yang dilakukan di kampus. Acara acara yang dilakukan terkait dengan kebersamaan, pengetahuan dan volunteering kepada masyarakat. Hal lain yang dibahas adalah mengenai masa studi dan perbandingan sistem kredit semester yang ada di UPM dan IPB. Selebihnya topik yang dibahas juga ada struktur jabatan dan sekjen serta tanggung jawab masing-masing jabatan serta bagaimana sistem pendampingan akademik yang dilakukan pada mahasiswa. Sela diskusi diisi dengan adanya coffee break dan sholat jumat. Foto bersama dan penyerahan cindera mata menjadi akhir dari diskusi dalam kegiatan studi banding FMSC 2016.
Berdasarkan studi banding yang dilaksanakan di UPM yang berada di Malaysia. Hasil yang didapat yang menjadi ciri khas tertentu UPM untuk memajukan eksistensinya di kancah dunia pendidikan. Mahasiswa lebih menerapkan aplikasi ilmuanya dalam melakukan kegiatannya. Terdapatkanya system kolaboratif mahasiswa dan pihak fakultas untuk membiarkan mahasiswanya berkreatifitas sekreatifitasnya dengan batasan kegiatan tersebut berimbas baik dan tidak menyentuh larangan dari kampus dan  berupa kegiatan yang bersangkutan dengan industry dan politik yang menyentuh kegiatan Negara tapi tidak melangar hukum nasional. UPM dalam satu tahun memiliki  pemohon aktifitas untuk kelulusan sebanyak 500-600 aktifitas. Skema dari aktifitas yang UPM yaitu minggu pertama dan ketiga aktifitas dilakukan  dengan canangan program yang dibuat, kemudian di minggu kedua dan keempat  dilakukan pematangan materi oleh penilai.
Kegiatan ekternal yang yang biasa dilakukan adalah kegiatan outdoor yang memiliki esensi agar selalu menaati SOP yang berlaku agar patuh terhdap peraturan. Hal ini menandakan pembimbingan mengenai mematuhi peraturan sudah di intensifkan dalam kampus sehingga mungkin dapat diambil hipotesis bahwa kegiatan yang berbau sederhana ini menjadi pondasi bagaimana warga Malaysia begitu patuh peraturan. Kemudian dari sisi insurance mahasiswa yang kekurangan dana seperti halnya yang dilakukan IPB biaya yang harus di cover pihak universitas dilihat dari tingkat kemalangan atau kriteria pendapatan dari si keluarga mahasiswa.
Sudut pandang organisasi yang ada dikampus beragam dan secara umumnya di fakultas kehutanan diatur oleh ikatan mahasiswa kehutanan yang ada di internal kampus. Kebanyakan aktifitas yang dilakukan itu yang berdampak kepada masyarakat luas dalam bentuk relawan. Kegiatan yang menimbulkan impact ini lebih mencondong ke arah  pembinan masyarakat , seperti halnya yang dimiliki  FMSC yaitu BHR. Pembinaan tersebut mencangkup bina desa dan restorasi ekosistem yang melibatkan mahasiswa dan masyarakat tentunya [eventual]. Kegiatan ini selalu dilaksanakan tanpa hambatan seperti penghimbauan dari pihak organisasi karena dari mahasiswanya sendiri memiliki motif sendiri untuk datang yang mencerminkan betapa mandirinya orang Malaysia. Kegiatan di UPM di setiap minggunya di hari sabtu yaitu pendidikan  mahasiwa yang menjadikan mereka seperti polisi dan tentara.
Kegiatan kegiatan majelis terkait perhutan secara keseluruhan seperti :
1.  Program mobilitas mahasiswa ke korea : studi banding rutin.
2.  Malam kehutanan: malam majelis kehutana yang merupakan acara senang senang untuk apresiasi akademik.
3.  Orientasi kemahasiswaan : dilakukan selama seminggu , awal sampai pertengahan minggi dilaksanakan di kampus dengan naungan asrama dan diakhir minggu ke lapang untuk dikenalkan dengan hutan dan doktrin untuk selalu menanam pohon.
4.   Penyelenggaraan pembiasan penggunaan SOP
5.  Kegiatan penerapan teknis teknis yang menunjang ilmu kehutanan seperti : penggunaan  kompas, gps, dan alat lainya
6.  Recycle on Wednesday berupa penyumbangan sampah dihari rabu ,dengan skema bagi  yang menyumbang akan diberikan kebaikan untuk bisa tetap tingga di asrama.
7.   Turun lapang : aksi lingkungan dan bina desa
8.   Outbond dan arung jeram : kegiatan menyenangkan untuk meningkatkan keakraban Asrama dalam UPM sepertinya memegang peranan besar dimana dapat dilihat dipenjuru UPM terdapat banyak asrama mahasiswa yang begitu banyak. Dari apa yang saya lihat kegiatan diluar akademik di UPM masih terbilang normal selayaknya yang dilakukan di FMSC, tetapi dari mahasiswa kehutana di UPM sepertinya tidak melakukan ekspedisi dan focus menerapkan ilmunya di kegiatan kegiatan yang telah dijabarkan diatas. Kemungkinan karena jumlah hutan yang sedikit jadi ekspedisi tidak menjadi sebuah kemewahan bagi mahasiswa di fahutan UPM. 
Setelah diskusi, peserta studi banding kemudian meniggalkan UPM dan menghabiskan waktu dengan berkeliling dan menikmati beberapa tempat wisata yang ada di Malaysia pada hari jumat dan diakhiri dengan makan di sebuah restoran Thailand di kampung melayu dan beristirahat dan menginap di salah satu hotel di Bukit Bintang. Pada  hari Minggu, 21 Oktober 2016 juga dihabiskan dengan melanjutkan kunjungan kebeberapa destinasi wisata yang ada hingga jadwal kepulangan pada sore hari. Menara Kembar Petronas, Kawasan Putera Jaya, Batu Cave, Lapangan Merdeka, Toko Cokelat, Toko Cindera Mata merupakan tempat-tempat yang dikunjungi pada kegiatan Studi Banding ini. Kegiatan ini melibatkan pemandu wisata baik dari Indonesia maupun pemandu wisata dari Kuala Lumpur.

PELATIHAN DESAIN GRAFIS MNH

Bagi kamu yang sudah malang melintang di dunia desain grafis tentu tahu jika profesi ini dipenuhi dengan banyak istilah. Namun bagi pemula dan kalangan yang  masih belajar desain grafis, terkadang beberapa istilah masih terdengar asing ditelinga.  Oleh karena itulah Divisi PSDM yang memiliki pandangan ke depan tekait sumberdaya dalam organisasi di FMSC dan Divisi Infokom yang memang banyak berkiprah dalam bidang tersebut, membuat satu kegiatan  yang berkaitan dengan desain grafis.
Divisi PSDM yang bekerjasama dengan divisi Infokom telah mengadakan kegiatan desain grafis yang bertemakan “Tingkatkan Kreatifitas melalui Corel Draw”. Kegiatan ini merupakan suatu pelatihan minat dan bakat terkait desain grafis. Kegiatan ini telah  dilaksanakan pada Senin, 7 Juni 2016 yang berlokasi di LPPU DMNH. Pelatihan desain grafis ini meliputi pengenalan basic toolbar pada corel draw x7 , penerapan pembuatan poster dan pembuatan logo sederhana. Pemateri dalam pelatihan ini adalah Sardianto (MNH 49) dan Viar (MNH 49).
Kegiatan ini tidak memungut biaya dari para peserta meskipun begitu, para peserta tetap mendapatkan sertifikat dan peserta akan dihibur dengan adanya doorprize. Menurut salah satu peserta, kegiatan seperti ini seharusnya memang rutin diadakan dalam sebuah organisasi kemahasiswaan, karena kegiatan ini dapat menambah kemampuan softskill yang tidak bisa didapatkan di kuliah. Selain itu kegiatan ini dapat menguntungkan bagi yang menggelutinya, selain menambah pengalaman dan ilmu, ajang pelatihan ini juga dapat digunakan dalam membuka lahan usaha yang ada kaitannya dengan bidang desain grafis. 
Pelatihan sistem corel draw ini sangat diperlukan dalam sebuah organisasi dalam pembuatan sesuatu yang berkaitan dengan publikasi atau informasi dari suatu kegiatan organisasi seperti menciptakan desain logo atau simbol. Corel draw banyak dimanfaatkan oleh penggunanya untuk pembuatan logo dua dimensi karena kemudahannya dalam mengolah garis dan warna. Membuat desain undangan, brosur dan lain-lain juga merupakan kegunaan dari program corel draw. Media publikasi offline lainnya juga menggunakan corel draw sebagai alat untuk mendesain. Corel draw memiliki banyak jenis font yang dapat memudahkan desainer untuk mengeksplorasi imajinasi desain dan tulisan yang akan dibuat. Membuat cover buku juga dapat dilakukan di corel draw. Dengan corel draw maka tugas desain akan menjadi lebih mudah karena dapat memanfaatkan desain sampul dan teknik pewarnaan yang lebih sempurna dari corel draw, detail gambar pun akan terlihat lebih jelas. Pembuatan gambar ilustrasi juga dapat dilakukan dengan corel draw. Gambar yang dihasilkan lebih berkualitas, terutama ketika berhubungan dengan lengkungan, garis atau sudut. Ukuran yang diperoleh dijamin sangat akurat. Hal-hal yang telah disebutkan di atas yang membuat FMSC mengadakan kegiatan pelatihan desain.

Managers Night 2016

Managers night merupakan salah satu program kerja FMSC yang dilakukan di akhir kepengurusan. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan farewell party civitas FMSC dengan konsepan berupa family gathering dengan mengambil tema tertentu dalam setiap agendanya. Managers night tahun ini memiliki tema pesona budaya Indonesia. Tema ini diambil dikarenakan tema tersebut sangat membantu untuk lebih mengenalkan kebudayaan Indonesia dan memiliki keseruan tersendiri dalam civitas FMSC yang hadir. Kegiatan ini dikhususkan hanya untuk civitas manajemen hutan dari berbagai angkatan. Managers night tahun ini di panitiai oleh angkatan 50, 51 dan 52. Dalam rangkaianya, kegiatan ini terdiri atas beberapa agenda diantaranya pembukaan, sambutan, penampilan angkatan yang diselingi oleh pemberian apresiasi kegiatan forman cup dan ditutup dengan pengumuman pemenang kategori tertentu yang diadakan oleh pihak panitia. Sambutan dilakukan oleh 3 pihak diantaranya dosen yang diwakili oleh  Dr. Ir. Muhdin, M.Sc F.trop, ketua FMSC Priyandi Prawiro (MNH 50) dan ketua pelaksana managers night Raka Aditya W. (MNH 50). Kegiatan pembukaan diisi oleh penampilan seni tari jaipong yang dilakuka oleh pihak FMSC. Penampilan acara managers night setiap angkatan memiliki tema yang berbeda beda. Setiap angkatan mengekspresikan tema tersebut dengan penampilan yang ditampilkan di acara ini. Penampilan  diawali oleh penampilan angkatan 53, lalu dilanjutkan secara berurutan diantaranya angkatan 52, 51, 49 up dan diakhiri oleh angkatan 50. Kegiatan ini sangat meriah karena setiap angkatanya memiliki cara yang berbeda beda dalam mengkepresikan penampilanya. Disela pergantian penampilan angkatan, diadakan pemberian  apresiasi acara Forest Management Cup . Apresiasi berdasarkan konten konten yang sudah ditetapkan sebelumnya adalam acara Forest Management Cup 2016. Setelah penampilan angkatan, acara dilanjutkan dengan pengumuman kategori terbaik managers night. Kategori yang dilakukan diantaranya baju fashion terbaik dan penampilan angkatan terbaik, dimana keduanya dimenangkan oleh perwakilan angkatan 50 Manajemen hutan IPB.

FMSC Forestry Visit Jilid 2

FFV (FMSC Forestry Visit) merupakan kegiatan kunjungan FMSC kepada pihak instansi kehutanan yang dialksanakan secara rutinoleh  FMSC yang dilakukan dua periode selama satu tahun kepengurusan. FFV bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan civitas FMSC dengan kehidupan instansi kehutanan, khususnya gambaran civitas FMSC untuk kehidupan mereka pasca kampus. FFV jilid dua dilaksanakan di Litbang kehutanan Bogor yang terletak di kota Bogor. Bidang litbang yang dikunjungi yaitu bidang hasil hutan. Acara FFV jilid dua terdiri dari beberapa agenda diantaranya pendahuluan yang terdiri atas sambutan pihak Litbang kehutanan bidang hasil hutan, pengenalan profil Litbang kehutnanan bidang hasil hutan, tur bidang divisi yang ada di Litbang kehutanan bidang hasil hutan, ishoma dan Foto bersama. Sambutan dilakukan oleh perwakilan kedua belah pihak, yaitu pihak Litbang kehutanan divisi hasil hutan diwakili oleh ketua litbang kehutanan divisi hasil hutan (Dr. Ir. Dwi Sudharto, M.Si) dan pihak FMSC diwakili oleh ketua pelaksana FFV (Gianitra Hidayat MNH 50). Pengenalan profil Litbang kehutanan bidang hasil hutan disampaikan oleh ketua Litbang kehutanan bidang hasil hutan. Pengenalan profil meliputi sejarah, Tur divisi Litbang kehutanan bidang hasil hutan secara berturut turut diantaranya divisi anatomi kayu, produk kayu majemuk, pengujian kayu, pengasapan, bioenergi, penggergajian, dan pengeringan. Setiap divisi menjelaskan materi yang meliputi gambaran kasar system pelaksanaan serta diskusi bersama civitas FMSC. Setelah ishoma, kegiatan dilanjutkan dengan foto bersama pihak FMSC dengan pihak Litbang kehutanan bidang hasil hutan. Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan silaturhami antara Litbang kehutanan bidang hasil hutan dan kerjasama dalam waktu yang akan datang.

“Pemetaan Wilayah Hutan Menggunakan GIS”

Pemanfaatan dan Perkembangan data spasial belakangan ini meningkat sangat drastis. Data spasial merupakan salah satu item dari informasi, dimana didalamnya terdapat informasi mengenai bumi termasuk permukaan bumi, dibawah permukaan bumi, perairan, kelautan dan bawah atmosfir (Rajabidfard dan Williamson 2000). Pemanfaatan dan Perkembangan data spasial ini berkaitan dengan meluasnya pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geograpich Information System (GIS) dan perkembangan teknologi dalam memperoleh, merekam dan mengumpulan data yang bersifat keruangan (spasial).
Teknologi tinggi seperti Global Positioning System (GPS), remote sensing dan total station, telah membuat perekaman data spasial digital relatif lebih cepat dan mudah. Kemampuan penyimpanan yang semakin besar, kapasitas transfer data yang semakin meningkat, dan kecepatan proses data yang semakin cepat menjadikan data spasial merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari perkembangan teknologi informasi (sumber : mtnugraha.wordpress.com). Dalam pengelolaan hutan diperlukan pemetaan wilayah untuk mengetahui keadaan hutan, mulai dari keadaan vegetasi, batas wilayah, sungai, maupun keadaan hutan yang sudah rusak. Didukung oleh perkembangan dan kemajuan teknologi SIG sekarang ini, maka kegiatan pemetaan wilayah hutan menjadi mudah dilakukan.
Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan), atau dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografis. Misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya dalam sebuah database. Teknologi Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute. Misalnya, SIG bisa membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan perlindungan dari polusi (sumber : mtnugraha.wordpress.com). 
Manfaat pemetaan menggunakan GIS yaitu dapat membantu kita memahami persoalan dengan lebih baik, dengan kemampuannya mengkombinasikan berbagai tipe informasi spasial. Selain itu, pemetaan GIS memungkinkan penyebaran data yang lebih mudah, karena peta-peta digital sangatlah mudah untuk disebarkan secara online kepada media, pemerintah, dan masyarakat umum, ketika tata kelola data dan praktik penyebaran data yang baik dilakukan. Contohnya ArcGIS Onlinememberikan cara yang mudah kepada para user untuk membuat dan menyebarkan peta interaktif secara online tanpa membutuhkan keahlian atau software GIS (sumber: www.wri.org).

Bina Hutan Rakyat 2016

Bina Hutan Rakyat merupakan salah satu proker dari Divisi Organizing and Networking yang sering disebut Onet, yaitu divisi terbaru FMSC. Bina Hutan Rakyat sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan melalui analisa pengelolaan hutan rakyat lestari. Desa yang menjadi sasaran Bina Hutan Rakyat pada tahun 2016 adalah Kampung Jeruk, Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat. Kegiatan BHR ini sendiri terdiri atas rangkaian kegiatan, kegiatan inti dan kegiatan monitoring. Kegiatan inti terdiri dari kegiatan pembukaan dan penyuluhan, pembuatan lubang tanam dan pemupukan, serta penanaman. Pembukaan BHR 2016 dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2016 di Musholla Kampung Jeruk Desa Sukaluyu. Pembukaan dihadiri oleh kelompok tani Kampung Jeruk, panitia BHR 2016, dan perwakilan dosen yang diwakili oleh Ibu Leti Sundawati. Pembukaan dilakukan dengan sambutan dari dosen, ketua kelompok tani, Pak Mihad, dan ketua BHR 2016, Faiz Septianda (MNH 50). Setelah pembukaan, dilanjutkan dengan peresmian dimulainya BHR 2016 dengan pemotongan tumpeng dan penyerahan bibit yang diwakili oleh Pak Mihad dan Faiz. Kegiatan selanjutnya, yaitu dilakukan penyuluhan dan diskusi dalam kelompok kecil dengan kelompok tani mengenai kegiatan apa saja yang akan dilakukan panitia selama rangkaian kegiatan. Selain penyuluhan kepada kelompok tani, juga dilakukan kegiatan berkumpul dan bermain bersama tim peneliti dengan anak-anak di Kampung Jeruk Desa Sukaluyu.
Kegiatan Lanjutan BHR? Tanggal 5 Juni 2016 dilakukan kegiatan lanjutan yaitu pembuatan lubang tanam dan pemupukan. Pembuatan lubang tanam ini dipandu oleh Pak Mihad selaku ketua kelompok tani dan juga beberapa anggota kelompok tani. Penanaman bibit dilakukan pada tanggal 12 Juni 2016. Bibit yang ditanam berjumlah sekitar 100 bibit dengan bibit jenis rambutan, durian, cengkeh, dan suren. Kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap tanaman yang sebelumnya ditanam dilakukan pada tanggal 17 September dan 24 September 2016. Kegiatan monitoring dilakukan dengan cara mengecek kondisi lapang dan tanaman yang di tanam. Inventarisasi dilakukan terhadap tanaman tersebut, dilakukan pencatatan jenis, diameter, tinggi, dan kondisi tanaman, hidup atau mati. Kegiatan monitoring dan evaluasi ini akan dilaksanakan dalam jangka waktu ke depan sebagai bahan evaluasi kegiatan BHR 2016 demi tercapainya output yang diinginkan. Kegiatan BHR tidak hanya mengamati kondisi pohon pada penanaman sebelumnya. Kegiatan BHR juga dimaksudkan untuk pengembangan dan pemberdayaan pengetahuan masyarakat tentang hutan rakyat. Tanggal 1 Oktober 2016 tim BHR 2016 melaksanakan wawancara terhadap warga Kampung Jeruk Desa Sukaluyu yang tergabung dalam kelompok tani hutan rakyat. Kegiatan ini dilakukan dengan metode kunjungan langsung ke rumah warga dan obrolan ringan antara tim peneliti dan warga. Kegiatan ini bertujuan untuk melengkapi informasi keadaan dan pengetahuan kelompok tani mengenai pengelolaan hutan rakyat. Hasil wawancara akan dijadikan bahan monitoring dan evaluasi kegiatan BHR ke depannya.
[Nurfia]

Friday, November 25, 2016

Benda Sederhana Pengukur Aliran Sungai


Bola pingpong merupakan bola yang biasanya digunakan untuk bermain dan berolahraga tenis meja. Namun di dunia kehutanan, khususnya di bidang hidrologi, benda sederhana ini mampu menjadi alat untuk mengetahui aliran air di sutu sungai. Bagaimanakah caranya? Yuk simak ulasan berikut!
            Hidrologi merupakan suatu bidang ilmu yang membahas segala sesuatu tentang air, dimulai dari proses terbentuknya, ketersediannya, sampai pendistribusian dari air itu sendiri. Air di muka bumi ini seperti kita ketahui tidak pernah bertambah dan berkurang, hanya saja bentuk pendistribusiannya yang menyebar secara merata atau tidak. Salah satu kegiatan dalam bidang hidrologi adalah menghitung debit aliran suatu sungai. Metode paling sederhana dari pengukuran debit aliran sungai di lapang adalah metode pelampung. Apa itu metode pelampung?
            Metode pelampung merupakan metode yang digunakan untu mengetahui kecepatan aliran  dengan prinsip mencari besarnya waktu yang dibutuhkan oleh suatu pelampung pada jarak tertentu. Cara pegukuran metode ini cukup mudah yaitu dengan membentangkan tali  tambang untuk mengukur lebar sungai, kemudian sungai dibagi menjadi beberapa segmen. Setiap segmen diukur tingginya dengan menggunakan bilah bambu yang telah ditempeli meteran jahit. Data tinggi tersebut digunakan untuk menghitung luas penampang sungai yang diamati. 
Lalu apa fungsi dari bola pingpong? Bola pingpong digunakan untuk mengetahui kecepatan aliran pada sungai tersebut. Caranya adalah melemparkan bola pada jarak tertentu di setiap segmen kemudian hitung waktu yang dibutuhkannya. Pengukuran dilakukan tiga kali agar didapatkan data yang akurat. Setelah data rerata kecepatan aliran dengan bola pingpong didapatkan, maka data rerata kecepatan aliran ini dimasukkan ke dalam rumus untuk dikalikan dengan total luas sehingga nilai debit sungai didapatkan. Pelampung disini dapat berupa sembarang benda yang dapat terapung, tidak hanya bola pingpong saja, seperti gabus, kayu, dan lain-lain.


Bagaimana?  Bola pingpong ternyata sangat bermanfaat bukan?

Tuesday, November 22, 2016

Potensi HHBK Alas Purwo “Cabai Jawa (Piper retrofractum Vahl) sebagai Bahan Baku Obat-Obatan dan Jamu Racik”



Eksplorasi Hasil Hutan Bukan Kayu di Resort Rowo Bendo, Taman Nasional Alas Purwo dilakukan untuk mengetahui potensi Cabai jawa (Piper retrofractum Vahl). Cabai jawa merupakan tumbuhan menahun, batang dengan percabangan liar, tumbuh memanjat, melilit dengan akar lekatnya, dan panjang mencapai 10 meter.
Umumnya masyarakat memanfaatkan buah Cabai jawa untuk kebutuhan jamu racik dan campuran jamu antara temulawak dan cabai jawa yang direbus serta dikemas dalam kemasan botol, sehingga cabai jawa bernilai ekonomis tinggi karena banyak pihak yang membutuhkan cabai jawa sebagai bahan baku obat-obatan. 
Pendugaan kepadatan Cabai Jawa dilakukan dengan cara membandingkan potensi cabai jawa di zona tradisional dengan zona rimba. Inventarissai di zona rimba dilakukan dengan metode sampling, sedangkan di zona tradisional dilakukan dengan metode sensus dengan plot ukuran 20 m x 20 m. 
Hasil eksplorasi menunjukkan bahwa kerpatan individu cabai jawa yang tumbuh secara liar di zona tradisional sangat rendah, yaitu sebesar 0,1375 ind/ha. Sedankan kerapatan cabai jawa di zona rimba memiliki potensi yang cukup tinggi, yaitu 382,5 ind/ha. Peningkatan produktivitas cabai diperlukan agar masyarakat dapat memanfaatkan dan meningkatkan perkeonomian tanpa harus ke areal zona rimba Taman Nasional Alas Purwo.