Sunday, January 22, 2017
Yuk Kenali Kelompok Studimu Lebih Dekat! (bagian 1: Kelompok Studi Pemanfaatan)
Posted on 04:50 by FMSC
Kelompok Studi Pemanfaatan merupakan subdivisi dari divisi Keprofesian pada Himpunan profesi Forest Management Students’ Club (FMSC) Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Kelompok studi ini memfokuskan kegiatan dalam memanfaatkan sumber daya hutan. Kelompok Studi Pemanfaatan memberikan pengetahuan serta tata cara dalam memanfaatkan sumber daya hutan dengan benar dan lestari, melalui Kelompok Studi Pemanfaatan mahasiswa Manajemen Hutan dapat menerapkan atau mempraktikan secara langsung di lapang dari materi yang sudah dipelajari dalam perkuliahan, Ruang lingkup Pemanfaatan yaitu mencakup Pengembangan metode dan teknik perencanaan pemanfaatan sumberdaya hutan, Pengembangan teknologi pemanfaatan sumberdaya hutan ramah lingkungan, Pengembangan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif pemanfaatan sumberdaya hutan, Pengembangan sistem dan teknologi pemanfaatan hasil hutan non kayu, Pengembangan sistem dan teknologi pemanfaatan jasa hutan (misalnya karbon), Pengembangan metode dan teknik penanganan dampak lingkungan akibat pemanfaatan sumberdaya hutan
Kelompok Studi Pemanfaatan mencakup kegiatan dalam tata cara memilih kayu. Pemilihan kayu ini tidak dilakukan sembarangan, kayu yang siap tebang harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Kegiatan penebangan tidak hanya berfokus terhadap pohon yang akan ditebang, area, atau wilayah namun juga menentukan bahwa pohon-pohon tersebut harus ditebang. Selanjutnya menebang kayu, penebangan kayu meliputi kegiatan dalam pengoperasian atau penggunaan alat dan tata cara penebangan, dalam menggunakan alat perlu dilakukan pelatihan terlebih dahulu, karena tidak cukup jika hanya menghandalkan teori saja. Pelatihan ini dilakukan dengan harapan untuk mengurangi kecelakaan kerja. Terakhir adalah tahap pengolahannya, hasil hutan yang sudah diambil kemudian dijadikan suatu barang dengan nilai ekonomis yang tinggi. Hal ini tercakup dalam pemanfaatan hasil hutan berupa kayu. Sementara itu pemanfaatan hasil hutan bukan kayu mencakup semua aspek kegiatan pemanfaatan hutan selain kayu, seperti memanfaatkan getah pinus sebagai bahan pembuat cat. Selain itu, Kelompok Studi Pemanfaatan terdapat pelatihan-pelatihan dalam memanfaatkan hasil hutan, melalui pelatihan tersebut diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan kreativitas serta dapat menciptakan inovasi atau penemuan baru. Kita ketahui bahwa di hutan terdapat berbagai macam tumbuhan tetapi hanya beberapa tumbuhan saja yang baru diketahui kegunaannya.
Selain program kerja tersebut, Kelompok Studi Pemanfaatan ikut andil dalam kegiatan Himpunan Profesi FMSC, yaitu EHHBK (Eksplorasi Hasil Hutan Bukan Kayu) yang tahun lalu dilaksanakan di Taman Nasional Alas Purwo pada tahun 2016, dalam kegiatan EHHBK Kelompok Studi Pemanfaatan bersama Kelompok Studi Perencanaan melakukan kegiatan analisis vegetasi di sekitar Taman Alas Purwo untuk meneliti potensi Cabe Jawa yang merupakan HHBK edengan manfaat yang sangat melimpah. Divisi ini membuka berbagai kajian dengan berbagai bahasan seperti Pembukaan Wilayah Hutan ,Analisis Biaya Pemanenan Hutan, Mesin-Mesin Hutan, Pemanenan Hasil Hutan, Limbah Pemanenan Hutan, Ergonomi, Bangunan Hutan, serta keselamatan para operator harus diperhatikan dan masih banyak lagi topik lainnya. (Pindi & Luvya)
Friday, December 9, 2016
Memahami sudut pandang ekonomi dalam penilaian suatu pohon
Posted on 05:54 by FMSC
Penilaian sumberdaya hutan merupakan studi tentang metodologi dan konsep penentuan nilai dari sumberdaya hutan. Seperti telah dijelaskan di muka, langkah pertama untuk untuk memperoleh nilai dari sumberdaya hutan adalah dengan melakukan identifikasi terhadap berbagai jenis manfaat yang dihasilkan dari sumberdaya hutan. Keberadaan setiap jenis manfaat ini merupakan indikator adanya nilai yang menjadi sasaran penilaian. Setiap indikator nilai (komponen sumberdaya hutan) ini dapat berupa barang hasil hutan, jasa dari fungsi ekosistem hutan maupun atribut yang melekat pada hutan tersebut dalam hubungannya dengan sosial budaya masyarakat (Nurfatriani 2007).
Nilai (harga) sumberdaya hutan berkaitan dengan fungsinya bagi pemenuhan kebutuhan baik secara langsung (pemenuhan konsumsi dan kesenangan) maupun tidak langsung (sebagai penyeimbang ekosistem demi kelestarian kehidupan). Nilai adalah merupakan persepsi manusia, tentang makna suatu objek (sumberdaya hutan), bagi orang atau individu tertentu, tempat dan waktu tertentu pula. Oleh karena itu nilai sumberdaya hutan yang dinyatakan oleh suatu masyarakat di tempat tertentu akan beragam, tergantung kepada persepsi setiap anggota masyarakat tersebut, demikian juga keragaman nilai akan terjadi antara masyarakat yang berbeda (Field dan Martha 2002).
Sebuah pohon bagi seorang produsen (pemilik kayu) dan konsumen (pembeli kayu), memiliki arti yang berbeda. Bagi seorang produsen pohon tidak hanya sebagai sebuah komoditi yang bisa dijual tetapi juga sebuah modal dalam bentuk persediaan kayu (capital growing stock), sehingga produsen akan menilai pohon tersebut sebagai produk yang dapat dihasilkan/dipanen saat ini dan yang akan datang, sehingga produsen akan menghitung nilai pohon tersebut sebagai nilai pohon yang akan diperoleh ketika masak tebang dikurangi denga biaya pengelolaan hutan yang dihitung saat ini. Sedangkan bagi seorang konsumen, pohon merupakan sebuah bahan mentah untuk kegiatan produksinya. Konsumen menghitung nilai pohon berdasarkan besarnya nilai produk yang dihasilkan oleh satu pohon tersebut dikurangi dengan biaya pemanenan pengolahan dan distibusi pasar.Terdapat dua prosedur yang dapat digunakan dalam penilaian tiap individu pohon yaitu:
1. Pohon secara keseluruhan sebagai unit perhitungan dasar, dimana pohon berdiri diklasifikasikan menurut: bentuk, rata-rata kualitas log, percabangan, dan faktor-faktor eksternal lainnya yang mempengaruhi nilai. Hasil penilaian berupa nilai per unit pohon menurut: ukuran, jenis pohon, dan kualitas pohon secara keseluruhan.
2. Mengidentifikasi satu per satu log yang dapat diperoleh dalam suatu pohon, dan hasilnya adalah nilai log menurut ukuran dan kualitasnya.
Penilaian pohon dapat diartikan sebagai kegiatan yang menilai satu buah batang pohon yang berdiri dalam suatu tegakan. Pandangan lain dari sebagian orang biasanya menilai sebuah pohon saat pohon tersebut telah ditebang dan berubah kedalam bentuk lain seperti balok kayu, kayu lapis, furniture dan lain-lain sesuai peruntukannya. Pandangan berbeda lainnya juga terjadi pada produsen dan konsumen. Produsen (pemilik kayu) menilai pohon sebagai produk yang dapat dipanen baik saat ini maupun dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu maka produsen akan menghitung nilai pohon tersebut sebagai nilai pohon yang diperoleh saat di panen dengan dikurangi biaya pengelolaannya. Sedangkan bagi konsumen (pembeli kayu) pohon dinilai sebagai bahan baku industri. Menurut konsumen nilai pohon dihitung berdasarkan nilai produk yang dihasilkan dikurangi biaya pemenenan, pengolahan dan distribusi pasarnya.
Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam menilai sebuah pohon yaitu penilaian pohon secara langsung dan penilaian atas dasar kayu bulat (logs). Penilaian pohon secara keseluruhan adalah penilaian pohon atas dasar pohon sebagai unit pohon berdiri yang diklasifikasikan menurut bentuk (seperti angka bentuk), diameter, percabangan dan lain-lain. Penilaiannya lebih bersifat teknis karena nilai pohon yang diperoleh adalah nilai pohon hasil pengukuran dan berdasarkan kepada perhitungan volume, kualitas tumbuh, ukuran dan faktor- faktor yang mempengaruhinya.
Penilaian pohon berdasarkan atas metode kayu bulat adalah menilai pohon berdasarkan nilai setiap sortimen kayu yang dihasilkan. Perhitungan dengan metode ini memiliki ketelitian yang cukup tinggi. Nilai pohon dihitung dari nilai produk yang dihasilkan, sehingga dalam penilaian ini kita akan berhitung kebelakang, dengan memperhatikan setiap step yang dilalui untuk menghasilkan produk dengan ukuran tertentu (dari produk yang dihasilkan sampai kepada nilai pohon berdiri ketika belum ditebang).Secara umum perhitungan yang digunakan dalam metode ini adalah perhitungan menggunakan metode nilai sisa turunan.Contoh kasus yang biasa dihitung adalah nilai pohon untuk produk kayu gergajian. Dalam metode ini terdapat empat tahapan penilaian pohon, yaitu:
Penentuan nilai kayu gergajian
Sejumlah n sortimen degan kualitas tertentu digergaji dan menghasilkan meter kubik kayu gergajian dengan kualitas tertentu. Untuk menghitung nilai ini diperlukan informasi: Harga jual kayu gergajian berdasarkan kualitas/dimensi (Rp/m 3 ) dan distribusi kualitas kayu gergajian (%). Nilai kayu gergajian adalah jumlah dari hasil perkalian antara distribusi kualitas kayu gergajian (%) dengan harga jual kayu gergajian untuk setiap kualitas kayu gergajian.
Nilai ini diperoleh dari nilai kayu gergajian yang dihasilkan dari diameter dan kualitas tertentu (hasil perhitungan tahap pertama) dikurangi dengan biaya penggergajian dan biaya yang dikeluarkan di lumber yard.
Penentuan nilai ini diperoleh dari nilai kayu bulat skala pabrik dikalikan dengan rendemen, sehingga akan diperoleh nilai kayu bulat skala log (m 3 kayu gergajian).
Pada tahapan diatas nilai yang diperoleh masih dalam satuan m 3 kayu gergajian sehingga untuk memperoleh nilai kayu bulat dalam bentuk pohon berdiri perlu dilakukan perhitungan secara convertion return, yaitu nilai kayu bulat skala log kayu gergajian dikurangi dengan biaya pemanenan total dan akan diperoleh nilai log kayu bulat. Selanjutnya nilai pohon berdiri diperoleh dari hasil perkalian anatar convertion return dengan penduga volume kayu gergajian yang dihasilkan.Jadi sesungguhnya harga jual kayu merupakan nilai pohon tidak dalam arti sebenarnya atau merupakan hasil dari pendugaan secara kirologi.
Efisiensi pemanfaatan kayu yang ada dalam hutan dapat tercapai apabila potensi kayu yang ada dimanfaatkan utuk berbagai macam penggunaan kayu terbaik yang memungkinkan, yang pada akhirnya dapat memberikan nilai yang optimal. Selama ini, penentuan royalti oleh pemerintah dilakukan pada saat kayu berada di TPK. Akibatnya, jenis-jenis kayu yang tidak laku dipasaran dan potongan-potongan kayu yang tersisa ditinggal begitu saja di lapangan. Selain menghasilkan limbah, perusahaan juga mengalami kerugian karna potensi hutan tidak termanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2000, Wiene Andriyana melakukan penelitan untuk menduga volume optimal pohon dengan metode inventarisasi kualitas. Dengan mengetahui peruntukan dari masing-masing seksi pada saat pohon berdiri, maka tindakan penilaian pohon pun akan semakin mudah. Untuk kondisi pohon yang baik (batang lurus, banir rendah, serta tidak banyak mata kayu busuk) maka sebaran potensi pohon ialah sebanyak 75,87% dari volume total pohon dapat dimanfaatkan untuk kayu lapis, 23,25% untuk kayu gergajian, dan 0,88% untuk kayu serpihan (chipwood). (Andriyana 2000)
DAFTAR PUSTAKA
Andriyana W. 2000. Penyusunan model penduga volume batang optimal pohon berdiri dengan teknik inventarisasi kualitas ( studi kasus untuk jenis Mangifera foetida di areal kerja hph pt. asialog provinsi jambi. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Field BC dan Martha KF. 2002. Environmental Economics. New York (USA): Mc Graww-Hill Companies, Inc.
Nurfatriani F. 2007. Manfaat hidrologis hutan di hulu DAS Citarum sebagai jasa lingkungan bernilai ekonomi.
Categories:
Tuesday, November 29, 2016
Seminar Hasil Ekspedisi FMSC 2016
Posted on 19:25 by FMSC
Seminar
Hasil Ekspedisi FMSC merupakan program kerja terkahir FMSC tahun 2016. Program
kerja ini merupakan kegiatan pemaparan hasil ekspedisi FMSC yaitu EHHBK
(Eksplorasi Hasil Hutan Bukan Kayu) dan ESM (Ecological Social Mapping) serta
press release beberapa program kerja FMSC, diantaranya BHR (Bina Hutan Rakyat)
dan Study Banding FMSC – UPM (Universiti Putera Malaysia). Kegiatan seminar ini
dilaksanakan pada hari minggu 27 November 2016 bertempat di Auditorium FMIPA
(Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam) IPB. Agenda seminar diawali oleh hiburan
berupa seni tari . selanjuntya agenda yang dialukan berupa tilawah oleh M.
Salas (MNH 51) dan sambutan sambutan diantaranya pembina FMSC 2015/2016 Dr. Ir.
Ahmad Budiaman, M.Sc F.Trop, Ketua FMSC 2015 Priyandi Prawiro (MNH 50) dan
ketua pelaksana seminar hasil ekspedisi FMSC 2016 Senza fajri (MNH 50). Setelah
itu, agenda langsung dilanjutkan dengan pemaparan hasil ekspedisi ESM
(Ecological Social Mapping) dan EHHBK (Eksplorasi Hasil Hutan Bukan Kayu).
Pemaparan hasil ini dimoderatori oleh Faris Almay (MNH 49).
Ekspedisi
FMSC merupakan kegiatan pengaplikasian keilmuan manajemen hutan di lapangan.
Kegiatan ini melibatkan anggota kelompok studi FMSC di pada ekspedisinya. Setiap
ekspedisi dalam kegiatanya mengusung tema tersendri. ESM yang dilaksanakan di desa
Tamanjaya, Taman Nasional Ujung Kulon mengambil tema Analisis Kehidupan
Masyarakat Desa Hutan : Petakan Masyarakat untuk Pengelolaan yang lebih baik.
Tema ini diambil sesuai dengan kebutuhan desa yang sudah diketahui oleh tim
peneliti melalui survey pendahuluan. ESM melibatkan tiga kelompok studi ,
diantaranya kelompok studi perencanaan, sosek dan hidrologi. EHHBK (Eksplorasi
Hasil Hutan Bukan Kayu) yang dialksanakan di Taman Nasional Alas Purwo
mengambil tema Pendugaan Potensi Cabe Jawa (Piper retroviactum Valh). Tema ini
diambil lantaran ingin meningkatkan eksistensi cabe jawa dengan nilai
potensinya kepada masyarakat. EHHBK melibatkan dua kelompok studi, diantaranya
kelompok studi perencanaan dan pemanfaatan. Pemarana hasil kedua ekspedisi pada
seminar hasil FMSC 2016 diwakili oleh perwakilan anggota kelompok studi setiap
ekspedisinya. Pemaparan hasil ESM diwakili oleh Rio Firmansyah (Sosek), Maria
Ulfah (Perencanaan) dan Lintang Chayaningrum (Hidrologi). Sedangkan pemaparan
hasil EHHBK hanya diwakili oleh satu presentator yaitu Aspit Ranuwijaya (MNH
50). Setelah pemaparan, kegiatan dilanjutkan dengan pembahasan hasil ekspedisi
oleh tim pembahas. Tim pembahas merupakan dosen pembimbing setiap ekspedisinya,
dimana ESM dengan tim pembahas Dr. Ir.
Yulius Hero, M.Sc dan EHHBK dengan tim pembahas Dr. Ir. Ahmad Budiaman M.Sc
F.Trop. setelah itu ada perwakilan dari pihak TNUK , yaitu bapak FIrmanto yang
memberikan penjelasan menegenai keadaan TNUK terhadap kondisi desa Tamanjaya.
Selanjutnya kegiatan dilakukan dengan diskusi panel antara peserta seminar
dengan pemapar hasil ekspedisi.
Agenda
selanjutnya dilakukan berupa hiburan . Hiburan yang dilakukan berupa akustik
yang ditampilkan oleh Moch. Alre (MNH 50) dan Fachry Purnama (MNH 50).
Selanjutnya diadakan press release dari dua proker unggulan FMSC diantaranya
Bina Hutan Rakyat yang dipresentasikan oleh Faiz Septianda (MNH 50) dan Study
Banding FMSC-UPM yang di presentasikan oleh Indah Suryani Ginting (MNH 51).
Categories:
Monday, November 28, 2016
Anugrah Nurman Ibrahim, Mahasiswa Departemen Manajemen Hutan Terpilih sebagai Delegasi IAAS ke Eropa
Posted on 01:29 by FMSC
“Aku menjadi bagian dari sesuatu hal kemudian
mendapatkan banyak hal dari sesuatu tersebut.”
Nampaknya
kalimat tersebut tepat dengan pengalaman yang telah didapatkan di IAAS (International Association of Students in Agricultural and Related Sciences)
oleh seorang mahasiswa di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB
angkatan 50. Ia telah bergabung dengan IAAS semenjak tingkat awal perkuliahan
di IPB, sebut saja TPB (Tingkat Persiapan Bersama) yang sekarang berubah
namanya menjadi PPKU (Program Pendidikan Kompetensi Umum).
IAAS
merupakan asosiasi mahasiswa terbesar di dunia dalam bidang pertanian dan ilmu
lain yang terkait, didirikan pada tahun 1957. Sejak 58 tahun terakhir ini, IAAS
telah berkembang menjadi organisasi besar dengan 30 anggota negara dan lebih
dari 10.000 anggota aktif. Adapun IAAS di Indonesia didirikan pada tanggal 29
Desember 1992 dan IAAS di Indonesia pada tahun 2015 yang lalu telah beranggotakan
lebih dari 800 anggota aktif yang tersebar menjadi delapan Lokal Komiter di
seluruh universitas negeri, seperti IAAS LC UNPAD, IAAS LC UNLAM, IAAS LC IPB, IAAS LC UGM, IAAS LC UNS, IAAS LC
UNDIP, IAAS LC UB, dan IAAS LC UNRAM. Secara umum tujuan IAAS adalah untuk
mengajak generasi muda berbagi dan bertukar pikiran tentunya mengenai pertanian
dan ilmu terkait.
Anugrah Nurman Ibrahim
(dikenal akrab dengan panggilan Uga) kelahiran Bogor, tepatnya pada tanggal 14
Desember 1994. Bagian dari pengalamannya didapatkan di IAAS mulai dari awal
bangku kuliah hingga saat ini. Salah satu hal yang terpenting dan merupakan
pengalaman yang paling berharganya
adalah saat ia terpilih sebagai delegasi IAAS tahun 2016. Terpilihnya Anugrah menjadi
delegasi tersebut melalui tahapan seleksi yang cukup panjang dalam acara IAAS World Congress, penyeleksian
tersebut kurang lebih selama empat sampai enam bulan se-Indonesia. Beberapa persyaratan awal
yang telah dipenuhi mengantarkan peserta yang lolos ke tahapan selanjutnya,
dari 15 besar yang telah terpilih seleksi selanjutnya adalah tahap wawancara,
kemudian yang lolos ada sebanyak 10 besar se-Indonesia.
Penyeleksian tak berhenti sampai tahap
wawancara saja, selanjutnya ada tahap seleksi dari pihak IAAS World Congress untuk
diambil 7 besar peserta yang pada akhirnya dinyatakan lolos sebagai delegasi
IAAS dari negara Indonesia, termasuk Anugrah di dalamnya untuk mengikuti IAAS World Congress di Netherland,
Italy, Switzerland, dan Belgium.
Keberangkatan
para delegasi dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2016 hingga kembali lagi ke
tanah air pada tanggal 27 Juli 2016. Kegiatan yang dilaksanakan di beberapa
tempat tersebut dimulai dari berbagi pengetahuan serta diskusi mengenai makanan
di masa depan, kunjungan-kunjungan seperti ke industri coklat terbesar di
Belgium maupun kunjungan ke universitas-universitas di sana, lalu adapula diskusi
untuk saling bertukar pengetahuan mengenai budaya di masing-masing negara.
Kegiatan utama dari serangkaian kegiatan yang ada tentunya adalah kegiatan dari
IAAS sendiri, yakni berupa diskusi mengenai penentuan IAAS setahun ke depan. Tidak
hanya mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut saja yang menjadi rutinitas saat di
sana tetapi juga Anugrah di dalam IAAS
World Congress menjadi salah satu inisiator untuk penyelesaian suatu
masalah mengenai pascagempa di Desa Kampani, Nepal. Salah satu bentuk solusinya
berupa pemulihan terhadap pertanian di desa tersebut.
Anugrah tentang IAAS?
“Saya ingin lagi ke sana karena banyak sekali
pembelajaran yang saya dapatkan, mulai dari perilaku mereka, kedisiplinan, dan
tertibnya mereka di dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. IAAS itu amazing sekali di dalam kehidupan kampus saya
selama ini. Selain mendapatkan keluarga baru, saya dapat terus mengembangkan
potensi yang ada di dalam diri untuk menjadi lebih baik lagi, terutama
keberanian di dalam berkomunikasi meski kita berbeda negara maupun daerah.
Terlebih lagi, perjuangan IAAS di dalam menyadarkan generasi muda terhadap
pentingnya pertanian itu kece banget.
Yaa satu semangat buat IAAS ! Think Globally, Act Locally !”, tutur Anugrah.
Tentunya
prestasi yang telah diraih oleh Anugrah tidak hanya membanggakan untuk keluarga
dan dirinya sendiri tetapi juga telah membuat harum nama Departemen Manajemen
Hutan Fakultas Kehutanan,
lebih luasnya lagi ia telah membawa nama baik almamater kampus IPB serta
Indonesia. Banyak hal di luar sana yang dapat kita perbuat untuk menjadi bagian
dari orang-orang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Tetaplah berbuat
baik dari hal yang kecil meski tak terlihat dan dilihat orang lain. Salam 165
dari penulis J
-Fima
Pahlawati-
Categories:
Sunday, November 27, 2016
Riung FMSC 2016
Posted on 23:47 by FMSC
RIUNG FMSC? Riung FMSC
merupakan acara perkenalan himpro FMSC bagi mahasiswa Departemen Manajemen Hutan
angkatan baru. Setiap mahasiswa baru yang masuk Departemen Manajemen Hutan
wajib mengikuti acara ini. sebelumnya acara ini dikenal dengan nama Temu
Manager, namun dengan mengingat tujuan diadakan acara ini kembali dirasa perlu
membuat nama baru maka tercetuslah nama Riung FMSC yang artinya berkumpulnya
anggota baru di dalam wadah FMSC. Acara ini didesain sedemikian rupa dengan
berbagai rangkaian acaranya untuk memperkenalkan FMSC. Bukan hanya sekedar
mengenalkan FMSC ke peserta baru tetapi untuk lebih menanamkan esensi rasa
kekompakan, kebersamaan, dan kekeluargaan diantara anggota FMSC sehingga dapat
menjadi generasi yang akan membawa FMSC semakin baik kedepannya.
Acara ini ada di bawah
program kerja divisi PSDM FMSC 2016. Divisi ini bertugas untuk mengembangkan
sumberdaya manusia yang ada di FMSC baik itu bersifat internalnya maupun
mengembangkan softskill dari anggotanya agar profesional dalam menjalankan
tugas dan amanah yang dibebankan kepada anggota FMSC. Acara Riung FMSC ini diamanahkan
pelaksanaannya kepada angkatan 51 yang diketuai oleh Agellion Pestisall Santoso
dengan bimbingan SC dan senior yang dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2016 di
Auditorium Sylva Pertamina Fahutan IPB. Rangkaian acaranya terdiri dari
pengenalan internal FMSC beserta divisinya oleh ketua FMSC Priyandi Prawiro
Wicahyo dan kepala divisi yang ada di FMSC (Divisi Infokom, Divisi Onet, Divisi
PSDM, Divisi Foundrising dan Divisi Keprofesian), dilanjutkan dengan pengenalan
Kelompok Studi (KS) yang ada di FMSC (KS Perencanaan, KS Pemanfaatan, KS Sosek,
dan KS Hidrologi), kemudian sharing FMSC yang di isi oleh alumni FMSC
berprestasi dan ketua-ketua FMSC pada kepengurusan sebelumnya, dan terakhir
peserta diajak untuk membuat suatu rancangan kegiatan sesuai kelompok studi
yang telah ditentukan untuk pengembanagan kegiatan-kegiatan FMSC ke depan.
Secara umum acara Riung FMSC ini dinilai sukses dengan dibuktikannya
antusias dari peserta dalam mengikuti acara ini. Banyak peserta yang mengajukan
pertanyaan dari setiap sesi yang disampaikan. walaupun hanya dilaksanakan dalam satu hari,
namun keterwakilan konsepan acara dalam menggambarkan FMSC dapat tersampaikan
dengan baik. Dibalik konsepan acara perkenalan himpro ini juga tersirat
nilai-nilai dan transfer ilmu kepada peserta baru untuk lebih dapat
mengakrabkan diri dengan sesamanya maupun angkatan atas, lebih peduli terhadap
sesama, dan dapat lebih meningkatkan rasa kekeluargaan sehingga internal
Manajemen Hutan angkatan 52 dapat menjadi generasi yang akan memajukan FMSC.
Categories:
Press Realease Kegiatan STUBA
Posted on 23:46 by FMSC
Jumat, 21 Oktober 2016 FMSC
melakukan studi banding ke salah satu universitas yang ada di Malaysia,
tepatnya Universitas Putera Malaysia. Kunjungan dilakukan di Fakulti Perhutanan
(re: Fakultas Kehutanan) yang ada di UPM. Studi Banding ini merupakan rangkaian
acara dari salah satu program kerja divisi Pengembanagan Sumber Daya Mahasiswa
himpunan profesi dari Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB,
Forest Management Students’ Club (FMSC). Studi banding ini diikuti oleh 20
orang mahasiswa aktif Depatmenen Manajemen Hutan (DMNH), serta mengikutsertakan juga dosen, pegawai staf tata usaha dari DMNH
sendiri. Kegiatan ini diketuai langsung oleh Ketua FMSC periode 2015-2016,
yaitu Priyandi Prawiro Wicahyo, mahasiswa Manajemen Hutan angkatan 50.
Kegiatan studi banding FMSC ke UPM
diawali dengan keberangkatan peserta mulai dari Kampus IPB menuju bandara
Soekarno-Hatta. Perjalanan dilanjutkan dengan penerbangan menuju Kuala Lumpur
International Airport (KLIA). Setibanya di Malaysia, peserta studi banding
kemudian diarahkan dan dibawa langsung menuju lokasi kegiatan yaitu, Fakulti
Perhutanan, Universitas Putera Malayasia, Malaysia. Kegiatan ini berbentuk
sebuah diskusi antara peserta studi banding, perwakilan civitas akademik
Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan berbagai akademisi dari
Fakulti Perhutanan UPM. Diskusi diawali dengan sambutan oleh pihak akademisi
Fakulti Perhutanan UPM yang kemudian diisi dengan presentasi dari pihak UPM.
Presentasi dilakukan oleh pihak dosen dan perwakilan mahasiswa Fakulti
Perhutanan UPM. Pertukaran informasi yang dilakukan dalam bentuk tanya jawab
dari mahasiswa, dosen dan staf tata usaha. Pihak dosen menjelaskan mengenai
profil kampus UPM, profil Fakulti Perhutanan UPM, proses administrasi dan
peraturan yang berlaku, serta struktur jabatan Fakulti Perhutanan UPM. Pihak
perwakilan mahasiswa Fakulti Perhutanan UPM membahas mengenai kegiatan
kemahasiswaan yang dilakukan di kampus. Acara acara yang dilakukan terkait
dengan kebersamaan, pengetahuan dan volunteering
kepada masyarakat. Hal lain yang dibahas adalah mengenai masa studi dan
perbandingan sistem kredit semester yang ada di UPM dan IPB. Selebihnya topik
yang dibahas juga ada struktur jabatan dan sekjen serta tanggung jawab
masing-masing jabatan serta bagaimana sistem pendampingan akademik yang
dilakukan pada mahasiswa. Sela diskusi diisi dengan adanya coffee break dan sholat jumat. Foto bersama dan penyerahan cindera
mata menjadi akhir dari diskusi dalam kegiatan studi banding FMSC 2016.
Berdasarkan studi banding yang
dilaksanakan di UPM yang berada di Malaysia. Hasil yang didapat yang menjadi
ciri khas tertentu UPM untuk memajukan eksistensinya di kancah dunia
pendidikan. Mahasiswa lebih menerapkan aplikasi ilmuanya dalam melakukan
kegiatannya. Terdapatkanya system kolaboratif mahasiswa dan pihak fakultas
untuk membiarkan mahasiswanya berkreatifitas sekreatifitasnya dengan batasan
kegiatan tersebut berimbas baik dan tidak menyentuh larangan dari kampus
dan berupa kegiatan yang bersangkutan
dengan industry dan politik yang menyentuh kegiatan Negara tapi tidak melangar
hukum nasional. UPM dalam satu tahun memiliki
pemohon aktifitas untuk kelulusan sebanyak 500-600 aktifitas. Skema dari
aktifitas yang UPM yaitu minggu pertama dan ketiga aktifitas dilakukan dengan canangan program yang dibuat, kemudian
di minggu kedua dan keempat dilakukan
pematangan materi oleh penilai.
Kegiatan ekternal yang yang biasa
dilakukan adalah kegiatan outdoor yang memiliki esensi agar selalu menaati SOP
yang berlaku agar patuh terhdap peraturan. Hal ini menandakan pembimbingan
mengenai mematuhi peraturan sudah di intensifkan dalam kampus sehingga mungkin
dapat diambil hipotesis bahwa kegiatan yang berbau sederhana ini menjadi
pondasi bagaimana warga Malaysia begitu patuh peraturan. Kemudian dari sisi
insurance mahasiswa yang kekurangan dana seperti halnya yang dilakukan IPB
biaya yang harus di cover pihak universitas dilihat dari tingkat kemalangan
atau kriteria pendapatan dari si keluarga mahasiswa.
Sudut pandang organisasi yang ada
dikampus beragam dan secara umumnya di fakultas kehutanan diatur oleh ikatan
mahasiswa kehutanan yang ada di internal kampus. Kebanyakan aktifitas yang
dilakukan itu yang berdampak kepada masyarakat luas dalam bentuk relawan.
Kegiatan yang menimbulkan impact ini lebih mencondong ke arah pembinan masyarakat , seperti halnya yang
dimiliki FMSC yaitu BHR. Pembinaan
tersebut mencangkup bina desa dan restorasi ekosistem yang melibatkan mahasiswa
dan masyarakat tentunya [eventual]. Kegiatan ini selalu dilaksanakan tanpa
hambatan seperti penghimbauan dari pihak organisasi karena dari mahasiswanya
sendiri memiliki motif sendiri untuk datang yang mencerminkan betapa mandirinya
orang Malaysia. Kegiatan di UPM di setiap minggunya di hari sabtu yaitu
pendidikan mahasiwa yang menjadikan
mereka seperti polisi dan tentara.
Kegiatan kegiatan majelis terkait perhutan secara
keseluruhan seperti :
1. Program mobilitas mahasiswa ke
korea : studi banding rutin.
2. Malam kehutanan: malam majelis kehutana yang merupakan acara senang
senang untuk apresiasi akademik.
3. Orientasi kemahasiswaan : dilakukan selama seminggu , awal sampai
pertengahan minggi dilaksanakan di kampus dengan naungan asrama dan diakhir
minggu ke lapang untuk dikenalkan dengan hutan dan doktrin untuk selalu menanam
pohon.
4. Penyelenggaraan pembiasan penggunaan SOP
5. Kegiatan penerapan teknis teknis yang menunjang ilmu kehutanan
seperti : penggunaan kompas, gps, dan alat lainya
6. Recycle on Wednesday berupa penyumbangan sampah dihari rabu ,dengan
skema bagi yang menyumbang akan diberikan kebaikan untuk bisa tetap tingga di
asrama.
7. Turun lapang : aksi lingkungan dan bina desa
8. Outbond dan arung jeram :
kegiatan menyenangkan untuk meningkatkan keakraban Asrama dalam UPM sepertinya
memegang peranan besar dimana dapat dilihat dipenjuru UPM terdapat banyak
asrama mahasiswa yang begitu banyak. Dari apa yang saya lihat kegiatan diluar
akademik di UPM masih terbilang normal selayaknya yang dilakukan di FMSC,
tetapi dari mahasiswa kehutana di UPM sepertinya tidak melakukan ekspedisi dan
focus menerapkan ilmunya di kegiatan kegiatan yang telah dijabarkan diatas.
Kemungkinan karena jumlah hutan yang sedikit jadi ekspedisi tidak menjadi
sebuah kemewahan bagi mahasiswa di fahutan UPM.
Setelah diskusi, peserta studi banding kemudian
meniggalkan UPM dan menghabiskan waktu dengan berkeliling dan menikmati
beberapa tempat wisata yang ada di Malaysia pada hari jumat dan diakhiri dengan
makan di sebuah restoran Thailand di kampung melayu dan beristirahat dan menginap
di salah satu hotel di Bukit Bintang. Pada
hari Minggu, 21 Oktober 2016 juga dihabiskan dengan melanjutkan
kunjungan kebeberapa destinasi wisata yang ada hingga jadwal kepulangan pada
sore hari. Menara Kembar Petronas, Kawasan Putera Jaya, Batu Cave, Lapangan
Merdeka, Toko Cokelat, Toko Cindera Mata merupakan tempat-tempat yang
dikunjungi pada kegiatan Studi Banding ini. Kegiatan ini melibatkan pemandu
wisata baik dari Indonesia maupun pemandu wisata dari Kuala Lumpur.
Categories:
PELATIHAN DESAIN GRAFIS MNH
Posted on 23:41 by FMSC
Bagi kamu
yang sudah malang melintang di dunia desain grafis tentu tahu jika profesi ini
dipenuhi dengan banyak istilah. Namun bagi pemula dan kalangan yang masih belajar desain grafis, terkadang
beberapa istilah masih terdengar asing ditelinga. Oleh karena itulah
Divisi PSDM yang memiliki pandangan ke depan tekait sumberdaya dalam organisasi
di FMSC dan Divisi Infokom yang memang banyak berkiprah dalam bidang tersebut, membuat
satu kegiatan yang berkaitan dengan
desain grafis.
Divisi PSDM
yang bekerjasama dengan divisi Infokom telah mengadakan kegiatan desain grafis yang bertemakan “Tingkatkan Kreatifitas
melalui Corel Draw”. Kegiatan ini merupakan suatu pelatihan minat dan bakat
terkait desain grafis. Kegiatan ini telah
dilaksanakan pada Senin, 7 Juni 2016 yang berlokasi di LPPU
DMNH. Pelatihan desain grafis ini meliputi pengenalan basic toolbar pada corel draw x7 , penerapan pembuatan poster dan pembuatan logo sederhana.
Pemateri dalam pelatihan ini adalah Sardianto (MNH 49)
dan Viar (MNH 49).
Kegiatan ini tidak memungut biaya dari para
peserta meskipun begitu, para peserta tetap mendapatkan sertifikat dan
peserta akan dihibur dengan adanya doorprize. Menurut salah satu peserta,
kegiatan seperti ini seharusnya memang rutin diadakan dalam sebuah organisasi
kemahasiswaan, karena kegiatan ini dapat menambah kemampuan
softskill yang tidak bisa didapatkan di kuliah.
Selain itu kegiatan ini dapat menguntungkan bagi yang menggelutinya, selain
menambah pengalaman dan ilmu, ajang pelatihan ini juga dapat digunakan dalam
membuka lahan usaha yang ada kaitannya dengan bidang desain grafis.
Pelatihan
sistem corel draw ini sangat diperlukan dalam sebuah
organisasi dalam pembuatan sesuatu yang berkaitan dengan publikasi atau informasi
dari suatu kegiatan
organisasi seperti menciptakan desain logo atau simbol. Corel
draw
banyak dimanfaatkan oleh penggunanya untuk pembuatan logo dua dimensi karena kemudahannya
dalam mengolah garis dan warna. Membuat desain undangan, brosur dan lain-lain
juga merupakan
kegunaan
dari program corel
draw.
Media publikasi offline lainnya juga menggunakan corel draw sebagai alat untuk mendesain. Corel draw
memiliki banyak jenis font yang dapat memudahkan desainer untuk mengeksplorasi
imajinasi desain dan tulisan yang akan dibuat. Membuat cover buku juga dapat
dilakukan di corel
draw.
Dengan corel
draw
maka tugas desain akan menjadi lebih mudah
karena dapat memanfaatkan desain sampul dan teknik pewarnaan yang lebih
sempurna dari corel
draw, detail
gambar pun akan terlihat lebih jelas. Pembuatan gambar ilustrasi juga dapat
dilakukan dengan corel
draw.
Gambar yang dihasilkan lebih berkualitas, terutama ketika berhubungan dengan
lengkungan, garis atau sudut. Ukuran yang diperoleh dijamin sangat akurat.
Hal-hal yang
telah disebutkan di atas
yang membuat FMSC mengadakan kegiatan pelatihan desain.
Categories:
Managers Night 2016
Posted on 23:40 by FMSC
Managers
night merupakan salah satu program kerja FMSC yang dilakukan di akhir
kepengurusan. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan farewell party civitas
FMSC dengan konsepan berupa family gathering dengan mengambil tema tertentu
dalam setiap agendanya. Managers night tahun ini memiliki tema pesona budaya
Indonesia. Tema ini diambil dikarenakan tema tersebut sangat membantu untuk
lebih mengenalkan kebudayaan Indonesia dan memiliki keseruan tersendiri dalam
civitas FMSC yang hadir. Kegiatan ini dikhususkan hanya untuk civitas manajemen
hutan dari berbagai angkatan. Managers night tahun ini di panitiai oleh
angkatan 50, 51 dan 52. Dalam rangkaianya, kegiatan ini terdiri atas beberapa
agenda diantaranya pembukaan, sambutan, penampilan angkatan yang diselingi oleh
pemberian apresiasi kegiatan forman cup dan ditutup dengan pengumuman pemenang
kategori tertentu yang diadakan oleh pihak panitia. Sambutan dilakukan oleh 3
pihak diantaranya dosen yang diwakili oleh
Dr. Ir. Muhdin, M.Sc F.trop, ketua FMSC Priyandi Prawiro (MNH 50) dan
ketua pelaksana managers night Raka Aditya W. (MNH 50). Kegiatan pembukaan
diisi oleh penampilan seni tari jaipong yang dilakuka oleh pihak FMSC.
Penampilan acara managers night setiap angkatan memiliki tema yang berbeda
beda. Setiap angkatan mengekspresikan tema tersebut dengan penampilan yang
ditampilkan di acara ini. Penampilan
diawali oleh penampilan angkatan 53, lalu dilanjutkan secara berurutan
diantaranya angkatan 52, 51, 49 up dan diakhiri oleh angkatan 50. Kegiatan ini
sangat meriah karena setiap angkatanya memiliki cara yang berbeda beda dalam
mengkepresikan penampilanya. Disela pergantian penampilan angkatan, diadakan
pemberian apresiasi acara Forest
Management Cup . Apresiasi berdasarkan konten konten yang sudah ditetapkan
sebelumnya adalam acara Forest Management Cup 2016. Setelah penampilan
angkatan, acara dilanjutkan dengan pengumuman kategori terbaik managers night.
Kategori yang dilakukan diantaranya baju fashion terbaik dan penampilan
angkatan terbaik, dimana keduanya dimenangkan oleh perwakilan angkatan 50
Manajemen hutan IPB.
Categories:
FMSC Forestry Visit Jilid 2
Posted on 23:38 by FMSC
FFV
(FMSC Forestry Visit) merupakan kegiatan kunjungan FMSC kepada pihak instansi
kehutanan yang dialksanakan secara rutinoleh
FMSC yang dilakukan dua periode selama satu tahun kepengurusan. FFV
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan civitas FMSC dengan kehidupan instansi
kehutanan, khususnya gambaran civitas FMSC untuk kehidupan mereka pasca kampus.
FFV jilid dua dilaksanakan di Litbang kehutanan Bogor yang terletak di kota
Bogor. Bidang litbang yang dikunjungi yaitu bidang hasil hutan. Acara FFV jilid
dua terdiri dari beberapa agenda diantaranya pendahuluan yang terdiri atas
sambutan pihak Litbang kehutanan bidang hasil hutan, pengenalan profil Litbang
kehutnanan bidang hasil hutan, tur bidang divisi yang ada di Litbang kehutanan
bidang hasil hutan, ishoma dan Foto bersama. Sambutan dilakukan oleh perwakilan
kedua belah pihak, yaitu pihak Litbang kehutanan divisi hasil hutan diwakili
oleh ketua litbang kehutanan divisi hasil hutan (Dr. Ir. Dwi Sudharto, M.Si)
dan pihak FMSC diwakili oleh ketua pelaksana FFV (Gianitra Hidayat MNH 50).
Pengenalan profil Litbang kehutanan bidang hasil hutan disampaikan oleh ketua
Litbang kehutanan bidang hasil hutan. Pengenalan profil meliputi sejarah, Tur
divisi Litbang kehutanan bidang hasil hutan secara berturut turut diantaranya divisi
anatomi kayu, produk kayu majemuk, pengujian kayu, pengasapan, bioenergi,
penggergajian, dan pengeringan. Setiap divisi menjelaskan materi yang meliputi
gambaran kasar system pelaksanaan serta diskusi bersama civitas FMSC. Setelah
ishoma, kegiatan dilanjutkan dengan foto bersama pihak FMSC dengan pihak
Litbang kehutanan bidang hasil hutan. Kegiatan ini diharapkan mampu
meningkatkan silaturhami antara Litbang kehutanan bidang hasil hutan dan
kerjasama dalam waktu yang akan datang.
Categories:
“Pemetaan Wilayah Hutan Menggunakan GIS”
Posted on 23:37 by FMSC
Pemanfaatan dan Perkembangan data spasial belakangan ini
meningkat sangat drastis. Data spasial merupakan salah satu item dari
informasi, dimana didalamnya terdapat informasi mengenai bumi termasuk
permukaan bumi, dibawah permukaan bumi, perairan, kelautan dan bawah atmosfir
(Rajabidfard dan Williamson 2000). Pemanfaatan dan Perkembangan data spasial ini
berkaitan dengan meluasnya pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) atau
Geograpich Information System (GIS) dan perkembangan teknologi dalam
memperoleh, merekam dan mengumpulan data yang bersifat keruangan (spasial).
Teknologi tinggi seperti Global Positioning System (GPS), remote sensing dan total station, telah membuat perekaman data spasial
digital relatif lebih cepat dan mudah. Kemampuan penyimpanan yang semakin
besar, kapasitas transfer data yang semakin meningkat, dan kecepatan proses
data yang semakin cepat menjadikan data spasial merupakan bagian yang tidak
terlepaskan dari perkembangan teknologi informasi (sumber : mtnugraha.wordpress.com).
Dalam pengelolaan hutan diperlukan pemetaan wilayah untuk mengetahui keadaan hutan,
mulai dari keadaan vegetasi, batas wilayah, sungai, maupun keadaan hutan yang
sudah rusak. Didukung oleh perkembangan dan kemajuan teknologi SIG sekarang ini,
maka kegiatan pemetaan wilayah hutan menjadi mudah dilakukan.
Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang mengelola data yang
memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan), atau dalam arti yang lebih
sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk membangun,
menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi geografis. Misalnya
data yang diidentifikasi menurut lokasinya dalam sebuah database. Teknologi Sistem
Informasi Geografis dapat digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan
sumber daya, perencanaan pembangunan, kartografi dan perencanaan rute.
Misalnya, SIG bisa membantu perencana untuk secara cepat menghitung waktu
tanggap darurat saat terjadi bencana alam, atau SIG dapat digunaan untuk
mencari lahan basah (wetlands) yang membutuhkan
perlindungan dari polusi (sumber : mtnugraha.wordpress.com).
Manfaat pemetaan menggunakan GIS yaitu dapat membantu kita memahami persoalan dengan lebih baik, dengan kemampuannya mengkombinasikan berbagai tipe informasi spasial. Selain itu, pemetaan GIS memungkinkan penyebaran data yang lebih mudah, karena peta-peta digital sangatlah mudah untuk disebarkan secara online kepada media, pemerintah, dan masyarakat umum, ketika tata kelola data dan praktik penyebaran data yang baik dilakukan. Contohnya ArcGIS Online, memberikan cara yang mudah kepada para user untuk membuat dan menyebarkan peta interaktif secara online tanpa membutuhkan keahlian atau software GIS (sumber: www.wri.org).
Manfaat pemetaan menggunakan GIS yaitu dapat membantu kita memahami persoalan dengan lebih baik, dengan kemampuannya mengkombinasikan berbagai tipe informasi spasial. Selain itu, pemetaan GIS memungkinkan penyebaran data yang lebih mudah, karena peta-peta digital sangatlah mudah untuk disebarkan secara online kepada media, pemerintah, dan masyarakat umum, ketika tata kelola data dan praktik penyebaran data yang baik dilakukan. Contohnya ArcGIS Online, memberikan cara yang mudah kepada para user untuk membuat dan menyebarkan peta interaktif secara online tanpa membutuhkan keahlian atau software GIS (sumber: www.wri.org).
Categories:
Subscribe to:
Posts (Atom)